Sejak pertama kali mengumumkan bakal merilis Google Pixel generasi kedua, kami langsung ancang-ancang menjadikan smartphone ini sebagai incaran untuk review. Waktu yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba. Pixel 2 dan Pixel 2 XL sudah resmi dirilis pertengahan Oktober lalu dan sudah beredar di Indonesia meski tidak lewat jalur resmi.
Desain
Kalau Anda sedang mengincar Google Pixel 2, tapi bingung mau pilih yang versi biasa atau XL, mutlak kami sarankan untuk pilih yang XL. Kenapa? Karena desainnya lebih menarik, kekinian, dan elegan.
Tidak seperti Pixel 2 yang bagian depannya mirip Smartfren Andromax R2, Pixel 2 XL punya layar lebih lega dengan rasio 18:9 dan lengkungan 2,5D. Bezel atas dan bawahnya juga jauh lebih tipis, jadi lebih enak dilihat.
Untuk bagian belakangnya, Google masih menerapkan bahasa desain yang sama seperti Pixel generasi pertama. 80 persen bodi belakang Pixel 2 XL terbuat dari metal dan 20 persen dari kaca.
Bagian metal ini punya finishing agak-agak kasar dimana memegangnya jadi lebih enak, tidak terlalu licin dan juga tidak nyeplak sidik jari. Di bagian belakang ini kita bisa lihat logo Google yang ukurannya kecil, ada juga sensor fingerprint dan modul kamera yang desainnya tidak meyakinkan.
Kalau di bagian depannya, Google menempatkan kamera selfie di sisi kiri, sementara di kanan ada LED notifikasi. Nah yang kami suka, di jidat dan dagunya masing-masing ada satu speaker, yang artinya Pixel 2 XL punya speaker stereo. Selain itu Pixel 2 XL juga sudah mengantongi sertifikat IP67.
Sementara yang kami kurang suka dari desain Pixel 2 XL adalah posisi tombol fisiknya. Tidak seperti kebanyakan Android lainnya, tombol power dan volume Pixel 2 XL ini posisinya terbalik. Power di atas, volume di bawahnya.
Yang bikin kurang nyaman adalah pas kita pakai secara landscape, lalu mau mengurangi atau menambah volume, tombolnya jadi lebih susah dijangkau. Tombol volume ini juga dibuat menyatu antara volume up dan down, ukurannya pun kecil. Jadi kita harus benar-benar tekan dengan presisi.
Tapi secara keseluruhan, kami menilai desain Google Pixel 2 XL masih kurang wah dibandingkan harganya yang mahal banget. Smartphone ini seperti masih kalah premium dari iPhone X, Galaxy Note 8, atau LG V30. Apalagi ada satu hal lain yang bikin tidak nyaman, yaitu hilangnya jack audio.
Software
Inilah smartphone flagship dengan UI dan aplikasi bawaan paling sederhana tahun ini dengan basis Android O. Google sama sekali tidak menyertakan aplikasi pihak ketiga. Semua aplikasi yang ter-install adalah bikinan Google.
Begitu juga dengan tampilannya yang tidak neko-neko. Feel-nya sama seperti Nova Launcher. Kalau mau akses App Drawer tinggal swipe layarnya ke atas. Di bagian paling kiri homescreen, ada feed Google berdasarkan history browsing kita.
Nah, walaupun sangat simpel dan sederhana, tapi nyatanya Google juga menyertakan beberapa fitur menarik. Seperti Ambient Display, Squeeze, dan juga kemampuan tracking judul lagu. Yang tiap kali ada lagu diputar, tak lama kemudian judulnya bakal muncul di tab notifikasi atau Ambient Display.
Sementara untuk fitur Squeeze-nya ini sama seperti HTC U11. Sayangnya fungsinya tidak bisa diubah. Jadi hanya bisa untuk manggil Google Assistant atau pun silent telepon masuk.
Ya, cuma segitu aja fitur-fitur menarik yang disediakan Google. Tapi sekali lagi, walaupun super simpel, tapi justru kami suka banget karena tidak bikin repot dan pastinya tidak bikin hape lelet. Responsivitasnya luar biasa ngebut.
Hardware
Masuk bahasan hardware, hal yang mau kami ulas lebih dulu adalah layarnya. Pixel 2 XL punya bentang layar 6 inci dengan panel OLED buatan LG beresolusi 2.880 x 1.440 piksel plus dukungan HDR. Sayangnya layar ini digosipkan mengidap penyakit blueshift. Dan saat kami lihat sendiri memang benar. Terutama untuk warna putih, yang kalau dilihat dari sudut bawah jadi kebiruan.
Selain itu, kalau dibanding layar Super AMOLED milik Galaxy Note 8, kecerahan dan kontras layar Pixel 2 XL juga masih kalah. Nggak lama kemudian, Google pun rilis update software dimana ada tiga pilihan karakter warna. Ya jadi agak mendingan lah.
Beralih soal spesifikasi, Google sangat pede dengan hanya membekali RAM 4 GB yang tergolong standar untuk Android jaman now. Tapi karena Android adalah ciptaan Google, jadi kapasitas RAM ini sudah sangat cukup buat bikin performanya ngacir. Apalagi ditandemkan Snapdragon 835, performanya tidak perlu ditanya lagi. Fixed ini adalah Android terngacir yang pernah kami coba.
Sementara untuk baterai, kapasitasnya 3.520 mAh support Quick Charge, tapi belum support wireless charging. Durasi pengisiannya dari kosong sampai penuh cuma butuh waktu sekitar 1,5 jam dengan kondisi smartphone mati. Bagaimana dengan ketahanannya?
Kami nilai kekuatan batre Pixel 2 XL standar saja. Dengan Ambient Display yang selalu nyala dan brightness 50 persen, kami selalu bisa dapat total pemakaian 12 jam atau kadang bisa sampai 14 jam. Sementara untuk SoT-nya berkisar 4-5 jam saja.
Dan kami menyarankan untuk mematikan smartphone saat tidur malam. Karena dengan kondisi standby dari malam sampai pagi, kapasitas baterainya bisa berkurang drastis, sekitar 20-30 persen.
Satu hal lagi yang tidak boleh lupa dibahas adalah speaker-nya yang sudah stereo. Jadi bisa sedikit mengobati kekecewaan menghadapi fakta dimana Pixel 2 XL tidak punya jack audio dan juga tidak disertai earphone pada paket penjualannya.
Kamera
Kalau ditanya, hal apa yang paling kami suka dan bikin tertarik mau beli Pixel 2, jawaban utamanya adalah kamera. Kami sendiri masih tidak percaya, bahwa dengan sensor IMX362 dan desain yang sama sekali tidak meyakinkan, ternyata kameranya sangat superior.
Buat yang hobi motret pakai mode manual, Anda harus install aplikasi 3rd-party karena opsi ini tidak ada di aplikasi Google Camera pada Pixel 2 XL. Ketiadaan mode manual buat kami sudah bisa terganti dengan adanya fitur HDR+ dan mode portrait.
Kalau memotret dengan mode auto, hasil jepretannya bagus, detail, dan tajam. Tapi begitu mengkatifkan HDR+, hasilnya jadi makin bagus lagi. Mode HDR+ ini jauh lebih superior dari mode HDR yang ada di smartphone lainnya. Dan memang sangat optimal untuk motret saat kurang cahaya atau pun kelebihan cahaya. Proses motretnya berlangsung dengan sangat cepat karena ada zero shutter lag.
Selain HDR+, kemampuan motret bokeh lewat mode portrait di Pixel 2 juga juara. Padahal lensanya cuma satu, tapi kecepatan dan akurasinya gokil. Selama jarak kamera dengan objek foto tak terlalu jauh, efek bokeh bakal selalu berhasil.
Dan enaknya prosesnya berlangsung dengan cepat, seperti motret menggunakan mode Auto. Setelah motret, software kameranya bakal bekerja untuk menerapkan efek bokehnya dalam waktu 2-4 detik. Hasil fotonya juga ada dua, dengan atau tanpa efek bokeh. Bukan cuma kamera belakang, mode portrait ini juga bisa dipakai di kamera depan dengan hasil yang sama-sama impresif.
Buat yang hobi rekam video, kameranya juga powerful banget karena didukung OIS dan juga EIS. Malah kalau diadu dengan kamera iPhone X, kerja OIS di Pixel 2 sedikit lebih stabil. Ya jadi kesimpulannya, kami pun mengamini kalau Pixel 2 dan Pixel 2 XL punya kamera terbaik untuk saat ini.
Kesimpulan
Ada harga ada rupa. Dengan menebus harga Rp15-17 juta, Anda bakal dapat smartphone dengan layar besar, performa super responsif, dan kamera terbaik di dunia. Plus, Pixel 2 XL termasuk smartphone yang tidak pasaran. Jadi kalau pakai smartphone ini, Anda bakal kelihatan antimainstream.
Video review
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?