Dalam kurun waktu satu tahun, satu produsen smartphone mampu merilis lebih dari tiga produk sekaligus. Tentu setiap smartphone ciptaannya tersebut memiliki kelebihan yang berbeda-beda, serta ditempatkan pada segmen dan kelasnya masing-masing.
Sebagai calon pembeli dan pengguna, kita wajib teliti dalam memilih smartphone. Jangan sampai membuat keputusan yang keliru dengan membeli smartphone yang tidak sesuai dengan kebutuhan kita.
Oleh sebab itulah, wajib hukumnya bagi calon pembeli untuk melakukan riset guna mengetahui spesifikasi, fitur unggulan, hingga harga dari sebuah smartphone yang tengah diincar. Namun, apakah hanya itu saja?
Tentu saja tidak hanya itu. Berdasarkan pengalaman kami ketika membeli smartphone, ada baiknya untuk tidak membeli smartphone pada awal-awal peluncurannya. Mengapa begitu? Inilah alasannya!
Hardware belum teruji lama
Kasus layar burn-in yang dialami Google Pixel 2 menjadi bukti otentiknya. Bayangkan saja, dengan harga di atas Rp10 juta, seharusnya pembeli mendapatkan produk yang baik tanpa kendala sedikitpun.
Namun apa daya, ternyata layar OLED pada Pixel 2 yang diimpor langsung dari LG malah mengalami burn-in alias berbercak. Masalah layar semacam ini terjadi setelah digunakan dalam beberapa minggu kemudian.
Meskipun Google berjanji akan memberikan solusi, akan tetapi hal ini sangatlah mengecewakan. Ini hanya contoh kecil saja. Sebelumnya Samsung Galaxy S8 dan iPhone 8 juga pernah mengalami beberapa kendala diawal-awal kemunculannya.
Walaupun masalah ini hanya dialami segelintir orang saja, namun tak menutup kemungkinan kita yang jadi korban selanjutnya. Untuk itu, jangan terburu-buru membeli smartphone, pastikan kalian benar-benar mengetahui kualitasnya!
Fitur belum optimal
Selain hardware yang mengalami kecacatan dan kendala, software pada smartphone tak jarang mengalami masalah serupa. Seperti yang sempat dialami Galaxy S8. Di awal kemunculannya, Samsung begitu bangga dengan asisten khusus buatannya, yaitu Bixby.
Namun ketika dirilis, Bixby hanya tersedia di Korea. Sementara kawasan Amerika Serikat dan lainnya harus menunggu berbulan-bulan setelah dirilis. Sangat mengecewakan bukan? Selain itu, kemampuan Bixby nyatanya belum sanggup mengalahkan kualitas Google Assistant.
Tidak hanya Galaxy S8, smartphone edisi spesial milik Apple, iPhone X juga mengalami hal serupa. Ya! Aplikasi kalkulator pada iPhone X mengalami masalah alias tidak dapat menghitung dengan benar jika digunakan untuk menghitung cepat.
Meski terdengar sepele, namun smartphone seharga sepeda motor mengalami hal semacam itu sangatlah menyedihkan. Dan tak sedikit pengguna non-Apple yang bakal “nyinyir” dengan bug sekecil itu. Pada intinya, kita menghendaki produk yang sempurna karena sudah membayar mahal.
Penurunan harga drastis
Untuk sebuah smartphone dengan embel-embel flagship, hal seperti ini sejatinya jarang terjadi. Namun, berbeda dengan yang dialami Essential Phone. Jadi pelajaran berharga bagi banyak konsumen saat membeli smartphone ciptaan Andy Rubin pada awal peluncurannya.
Saat diumumkan kehadirannya, tak sedikit orang yang penasaran dengan harga smartphone tersebut. Ya! Andy Rubin membanderol Essential Phone seharga hampir Rp10 juta saat smartphone tersebut untuk pertama kali dipasarkan.
Namun, tak sedikit pengguna Essential Phone yang kecewa. Pasalnya, hanya beberapa pekan setelah smartphone tersebut melenggang ke pasaran, harga jualnya turun hingga sebanyak US$200. Ya! harga smartphone tersebut anjlok hampir separuh harga.
Kasus serupa juga pernah terjadi pada LG G6 di Indonesia. Pada awal kemunculannya, smartphone ini dijual Rp10 jutaan. Lalu dua bulan kemudian turun hingga Rp9 jutaan, dan akhirnya sekarang hanya seharga Rp8 juta.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?