Tak semua fitur yang ditawarkan oleh gadget terbaru dapat digunakan secara optimal. Bahkan, ada fitur yang sejatinya sama sekali tidak berguna. Namun kenyataannya, beberapa fitur ini cukup ampuh meluluhkan hati calon pembeli. Terlebih untuk masyarakat Indonesia dengan tingkat perilaku konsumtif cukup tinggi. Berikut beberapa fitur Android yang berpotensi “menipu” Anda.
1. Prosesor 64-bit
Mulai awal tahun 2015 ini, semakin banyak perangkat Android yang hadir dengan prosesor 64-bit. Cukup wajar karena prosesor 64-bit memiliki performa yang lebih baik ketimbang prosesor 32-bit. Sayangnya, banyak juga produsen yang menciptakan perangkat Android dengan prosesor 64-bit namun masih menggunakan OS Android KitKat. Padahal, OS tersebut masih berbasis 32-bit. Hal ini membuat performa perangkat yang menggunakan prosesor 64-bit tidak akan optimal.
Jika sudah begini, performa yang Anda rasakan tidak akan jauh berbeda dengan perangkat Android yang masih menggunakan prosesor 32-bit. Agar komputasi 64-bit dapat berjalan optimal, syaratnya harus dibarengi dengan sistem operasi serta aplikasi yang juga mendukung komputasi 64-bit, seperti Android Lollipop misalnya.
2. Prosesor octa-core
Chipset MediaTek, Exynos, dan Snapdragon menjadi “jantung” dari berbagai perangkat Android saat ini. Ketiga produsen prosesor ini memiliki lini produk yang ditenagai oleh prosesor single-core, dual-core, quad-core, hexa-core, hingga octa-core.
Perangkat Android yang menggunakan prosesor octa-core sering digembar-gemborkan memiliki performa yang tinggi melebihi perangkat Android yang hanya menggunakan prosesor quad-core. Anggapan ini memang tidak salah, namun juga sering membuat orang salah kaprah.
Padahal, dari delapan inti prosesor yang ada, umumnya tidak semua inti prosesor tersebut terpakai dengan optimal. Hanya aplikasi-aplikasi tertentu saja yang dapat memanfaatkan kinerja dari seluruh inti prosesor tersebut. Hal ini dikarenakan masih sulitnya para pengembang aplikasi dalam menciptakan aplikasi mobile yang mampu memanfaatkan delapan inti prosesor.
3. Kapasitas RAM besar
Sebelum dirilis, smartphone ASUS Zenfone 2 ZE551ML dengan RAM 4 GB berhasil menyita banyak perhatian para penggila gadget di dunia, termasuk di Indonesia. Setelah itu, para produsen perangkat Android mulai meninggalkan RAM 1 GB dan berlomba untuk menciptakan smartphone dengan RAM berkapasitas di atas 2 GB.
Sejatinya, apapun perangkatnya, baik notebook, desktop PC, smartphone, maupun tablet, memang membutuhkan RAM untuk mendukung performa komputasi. Namun pada saat kebutuhan RAM untuk menjalankan aplikasi tertentu sudah tercukupi, sisa RAM yang tak terpakai tidak dapat meningkatkan performanya.
Contohnya ketika menjalankan game pada smartphone Android dengan RAM 4 GB. Jika jumlah RAM yang dibutuhkan hanya 1 GB, maka performa yang dihasilkan smartphone tersebut sudah optimal. Hanya saja, smartphone tersebut jadi memiliki sisa RAM yang cukup banyak, yakni 3 GB.
Kelebihan RAM besar pada perangkat Android belakangan jadi terasa berguna karena faktor borosnya OS Android itu sendiri. Buktinya, Apple masih percaya diri dengan RAM 1 GB pada Apple iPhone 6 dan iPhone 6 Plus. Hal ini dikarenakan iOS buatan Apple dapat memanfaatkan RAM yang terpakai dengan lebih optimal.
4. Desain yang aneh
Tingginya tingkat persaingan industri gadget membuat produsen smartphone terus berusaha menghadirkan sesuatu yang baru. Salah satunya adalah menciptakan perangkat dengan bentuk dan desain yang tidak biasa.
Masih ingat dengan LG G Flex atau Samsung Galaxy Note edge dan Galaxy S6 edge yang baru saja dirilis? Dibandingkan smartphone lainnya, ketiganya memiliki layar yang unik. LG G Flex menggunakan modul LCD fleksibel sehingga layarnya dapat Anda bengkokkan. Sementara Samsung Galaxy Note edge dan Galaxy S6 edge memiliki lengkungan pada tepi layarnya.
Fitur-fitur seperti ini hingga sekarang belum dapat dinikmati kegunaannya oleh para pengguna. Parahnya lagi, Anda harus menebus berbagai fitur ini dengan harga yang sangat mahal. Bisa dibilang manfaat yang didapat tidak sebanding dengan harga yang Anda tebus.
5. Storage kecil dengan slot microSD
Perangkat Android kelas menengah ke bawah dijual dengan harga miring. Untuk mengurangi harga jual, biasanya para produsen smartphone tidak menggunakan memori internal yang besar, hanya 4 atau 8 GB misalnya. Sebagai gantinya, mereka menyertakan slot microSD untuk menambah kapasitas media penyimpanan.
Dengan adanya slot microSD, Anda dapat menyisipkan memory card berkapasitas 4 GB hingga 128 GB untuk menyimpan berbagai file seperti foto, musik, film, hingga dokumen, namun tidak untuk aplikasi dan game tertentu.
Tidak semua perangkat Android mengizinkan Anda untuk menyimpan aplikasi di dalam microSD. Kalaupun mengizinkan, masih ada file tertentu dari masing-masing aplikasi dan game yang tetap harus disimpan di dalam memori internal. Kalau sudah begini, microSD berkapasitas besar pun akan sia-sia karena Anda tetap tidak dapat meng-install banyak game maupun aplikasi.
6. Hasil benchmark tinggi
Skor pengujian benchmark seperti AnTuTu seringkali menjadi acuan dalam menentukan performa perangkat Android. Hal ini wajar mengingat AnTuTu merupakan salah satu aplikasi benchmark yang terpercaya dengan pengujian meliputi seluruh komponen, baik prosesor, grafis, RAM, dan lainnya.
Hal yang perlu diingat bahwa AnTuTu hanyalah aplikasi benchmark, bukan aplikasi maupun game nyata yang biasa Anda gunakan sehari-hari. AnTuTu bisa saja memberikan skor yang tinggi, namun pada saat menjalankan aplikasi atau game tertentu, perangkat dengan skor yang lebih rendah justru lebih lancar saat menjalankan aplikasi atau game tersebut.
7. Konektivitas 4G LTE
Hadirnya tren prosesor 64-bit juga diikuti dengan tren konektivitas 4G LTE pada perangkat Android. Hal ini wajar mengingat prosesor 64-bit umumnya juga disertai dengan modul modem yang sudah mendukung konektivitas 4G LTE. Hingga saat ini, sudah banyak perangkat Android dengan konektivitas 4G LTE.
Sayangnya, hal ini tidak dibarengi oleh kesiapan operator sebagai penyedia jasa layanan 4G LTE di Indonesia. Saat ini, baru sebagian kecil wilayah saja yang dapat menikmatinya. Alhasil, kemampuannya akan sia-sia jika Anda menggunakan di wilayah yang tidak memiliki jaringan 4G LTE.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?