Transsion, yang berbasis di Shenzhen dikenal sebagai payung besar untuk tiga merek smartphone, yakni TECNO, itel, dan Infinix. Menariknya, Transsion telah membuat “comeback” yang luar biasa pada kuartal kedua tahun ini, dan melaporkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang kuat setelah lima kuartal berturut-turut mengalami penurunan.
Meskipun menghadapi tantangan di pasar smartphone global, fokus strategis Transsion di Afrika dan ekspansi ke Asia Selatan serta Tenggara telah membuahkan hasil. Laporan terbaru, pendapatan Transsion pada Q2 2023 melonjak 30,7 persen YoY, mencapai 15,8 miliar yuan (US$ 2,2 miliar).
Keuntungan yang luar biasa, dua kali lipat dari kuartal sebelumnya menjadi 1,6 miliar yuan, peningkatan 83 persen yang mencengangkan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bahkan momentum pertumbuhan tidak terbatas hanya pada kuartal kedua.
Selama paruh pertama tahun ini, Transsion telah melaporkan adanya peningkatan yang sehat sebesar 8 persen dalam total pendapatan, yakni sebesar 25 miliar yuan, sementara laba mengalami kenaikan sebesar 27 persen, yakni mencapai 2,1 miliar yuan.
Transsion mengaitkan pertumbuhan pendapatannya yang mengesankan dengan dua faktor utama, yakni perluasan pasar dan peningkatan produk yang berkelanjutan. Transsion pun telah berinvestasi dalam R&D untuk terus meningkatkan penawaran produknya.
Selain itu, peningkatan manfaat adopsi smartphone di pasar Afrika juga membawa dampak yang cukup signifikan bagi Transsion. Pasalnya, semakin banyak orang di wilayah ini yang beralih dari fitur phone ke smartphone, dan profitabilitas Transsion pun meningkat secara signifikan.
Pasar Afrika tetap penting untuk Transsion karena populasi benua ini didominasi oleh kaum muda dan urbanisasi yang cepat. Kecenderungan melewatkan tahap komputer pribadi dan merangkul internet seluler secara langsung merupakan anugerah bagi Transsion, yang bukan merupakan raksasa Barat.
Afrika saat ini merupakan 40 persen pangsa pasar Transsion, porsi yang cukup besar meskipun turun dari puncaknya sebesar 57 persen. Untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, Transsion pun telah mendiversifikasi portofolio produknya di luar ponsel pintar sejak 2019.
Sekarang ini Transsion juga menawarkan gadget elektronik, peralatan rumah tangga, dan bahkan menjalankan bisnis perbaikan (reparasi) yang diberi nama Carlcare, bersamaan dengan pengembangan beberapa sistem operasi. Namun, smartphone terus menghasilkan 90 persen dari total pendapatannya.
Sementara Afrika tetap menjadi pasar yang menjanjikan, Transsion juga berhati-hati untuk memperluas ke wilayah di mana ponsel pintar telah tersedia di mana-mana. Karena lebih dari 80 persen fitur phone yang dikembangkan oleh Transsion sudah menjadi smartphone.
Karena itu, Transsion perlu menjajaki jalan baru untuk mempertahankan profitabilitasnya. Salah satu strategi melibatkan pembuatan produk kelas menengah dan kelas atas, baik dalam kategori gadget rumah tangga, seperti smartphone maupun IoT (Internet of Things).
Terlepas dari tantangan di pasar smartphone global yang lebih luas, kinerja Transsion yang kuat di Afrika dan ekspansi ke Asia Selatan dan Tenggara telah menghidupkan kembali prospek pertumbuhannya yang terus begitu kuat.
Fokus Transsion pada produk-produk inovatif dan posisi pasar yang strategis diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan laba di masa mendatang. Saat dunia menyaksikan kemajuan teknologi yang berkelanjutan, Transsion berkomitmen untuk tetap berada di garis depan industri yang digeluti.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?