PT Pintar Pemenang Asia resmi meluncurkan PINTAR. Ini merupakan sebuah platform untuk pengembangan diri yang merupakan wujud komitmen dari perusahaan untuk memberdayakan angkatan kerja Indonesia lewat akses belajar tanpa kenal usia.
Berubahnya dunia kerja seiring perkembangan teknologi menyebabkan adanya gap antara demand dan supply dalam pasar tenaga kerja. PINTAR hadir untuk menutup celah tersebut lewat tiga lini produk yang terintegrasi dalam satu platform yaitu Kursus, Kuliah, dan Korporasi.
CEO PINTAR Ray Pulungan menyatakan bahwa event rebranding ini mempertegas misi PINTAR untuk membuka akses kepada pendidikan berkualitas di era digital sebagai bagian dari proses pembangunan ekonomi yang inklusif, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan.
“Kami yakin bahwa pendidikan yang relevan terhadap kebutuhan industri tidak hanya berpotensi membuka peluang bagi pembelajar, tetapi juga bagi keluarganya, komunitasnya, serta organisasi di mana dia menyumbangkan waktu, pikiran, dan tenaganya,” ucap Ray Pulungan.
Pendidikan yang ditawarkan oleh PINTAR tidak cuma berupa pendidikan formal tetapi pendidikan yang dinamis dan peka terhadap perubahan zaman. Seperti dikatakan oleh Grace Gunawan selaku Head of Learning PINTAR bahwa PINTAR hadir untuk memberikan kesempatan yang setara bagi setiap pembelajar di usia produktif.
“Pendidikan ini sesuatu yang tidak mengenal ruang dan waktu. Ini yang kami perjuangkan di PINTAR. PINTAR hadir untuk memberikan kesempatan yang setara bagi setiap pembelajar di usia produktif. Kami di PINTAR ingin memberdayakan angkatan kerja lewat akses pendidikan tanpa kenal usia. PINTAR, learning for life,,” ujar Grace.
Acara soft launching PINTAR ini diikuti oleh diskusi online bertajuk “Empowering Indonesia’s Workforce through Upskilling” yang menghadirkan Chair of B20 Indonesia 2022 sekaligus Wakil Ketua Kadin Indonesia dan CEO Sintesa Group Shinta Kamdani sebagai keynote speaker.
Hadir pula Incoming Dean for School of Professional Studies Shankar Prasad dan Vice President Samator Group
Imelda Harsono sebagai guest speakers. Diskusi dipandu oleh Presenter Berita sekaligus Founder Yayasan Bangun Sekolah Maria Harfanti.
Dalam diskusi tersebut Shinta memaparkan permasalahan mismatch (ketidaksesuaian) antara supply dan demand tenaga kerja di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa menurut penelitian LIPI, 4,6% tenaga kerja Indonesia undereducated, 27,9% tenaga kerja overeducated, dan 68,4% mengalami field of study mismatch.
“Berbagai mismatch ini menimbulkan konsekuensi berupa kesenjangan keterampilan, rendahnya kepuasan kerja, tingginya angka pengangguran, sampai kesenjangan gaji/upah. Tentunya, kehadiran PINTAR sangat tepat, yakni diharapkan bisa memberi solusi terhadap permasalahan yang ada,” ujar Shinta.
Sementara, Incoming Dean for School of Professional Studies Shankar Prasad mengatakan bahwa sangat penting bagi
institusi pendidikan tradisional seperti universitas untuk berkolaborasi dengan edutech seperti PINTAR. Sebab, mereka mampu menciptakan konten-konten yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
“Saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk berinvestasi dalam keterampilan karyawan. Secara global teknologi sudah cukup maju, apa pun bisa dipelajari karena platform pembelajaran bisa diakses dengan mudah, salah satunya PINTAR,” ujar Vice President Samator Group Imelda Harsono.
“Korporasi melihat pelatihan karyawan sebagai investasi. Ini adalah win win solution. Bagi tenaga kerja, mereka akan jadi lebih produktif. Bagi perusahaan, retention meningkat. Di Indonesia, pemerintah sudah fokus pada investasi sumber daya manusia, contohnya lewat Prakerja,” tutup Chief Business Officer PINTAR Matthew Sinder.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?