Baru-baru ini, Google secara resmi mencabut lisensi Android di perangkat buatan Huawei setelah munculnya kebijakan terbaru pemerintah Amerika Serikat. Akibatnya, Huawei tidak akan bisa lagi menggunakan beragam layanan dari Google, seperti Android, Play Store maupun YouTube.
Seakan sudah siap dengan pelarangan penggunaan produk Amerika. Pada bulan Maret 2019 lalu Huawei telah mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan sistem operasi sendiri untuk menggantikan Google Android dan Microsoft Windows
“Kita telah bersiap-siap untuk memiliki sistem operasi sendiri. Jika suatu saat tidak menggunakan sistem ini (Android dan Windows), kita sudah siap,” ujar Richard Yu, selaku CEO Huawei.
Nasib Pengguna Huawei Sebelumnya
For Huawei users' questions regarding our steps to comply w/ the recent US government actions: We assure you while we are complying with all US gov't requirements, services like Google Play & security from Google Play Protect will keep functioning on your existing Huawei device.
— Android (@Android) May 20, 2019
Banyak orang pasti bertanya-tanya bagaimana nasib pengguna smartphone Huawei dengan sistem operasi Android sebelumnya. Lewat akun Twitter resminya, @Android, Google mengatakan bahwa Google Play dan pengamanan lewat Google Play Protect akan tetap berjalan pada perangkat Huawei yang sudah ada.
Lalu untuk versi smartphone Huawei selanjutnya, perangkat tersebut tidak akan memiliki akses ke layanan populer milik Google, seperti Google Play Store, Gmail dan YouTube.
Efek Jangka Panjang
Dengan dicabutnya lisensi Android. Huawei semakin fokus mengembangkan sistem operasi lain pengganti Android. Begitu pula di sektor chipset yang kini sudah diproduksi oleh perusahaan bernama HiSilicon.
Pemerintah China sendiri sebelumnya sudah mencanangkan program Made In china 2025 yang bertujuan untuk menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai pemain global di bidang teknologi. Hal ini tentunya mendorong para pengusaha lokal untuk menginkatkan inovasi, khususnya dalam industri teknologi.
Dalam laporan sebelumnya yang dikutip dari Reuters, Huawei sudah meningkatkan dana untuk penelitian dan pengembangan (R&D) yang mencapai angka $20 Juta, hampir menyaingi Amazon $22.6 Juta. Sekitar 80 ribuan karyawan atau 45% dari total pekerja ditempatkan pada bagian R&D di beragam segmen, meliputi sistem operasi, chipset, hingga database AI.
Di China sendiri, produk buatan Amerika terbilang masih kurang populer atau bahkan diblokir dibanding buatan dalam negeri. Sebut saja Weibo sebagai penggati Facebook, Baidu pengganti Google Search dan beragam layanan digital lainnya.
Sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia dan menjadi pasar Huawei saat ini. Bukan tidak mungkin sistem operasi baru buatan Huawei nantinya dapat menjadi pesaing baru Android. Terlebih saat ini, Huawei menempati posisi kedua dalam penjualan smartphone di dunia.
Jika melihat lebih jauh sebelum hadirnya Android, Nokia pernah menjadi raja lewat sistem operasi SymbianOS. Beberapa vendor besar pun pernah ikut serta dalam pengembangan OS mobile namun pada akhirnya gagal, seperti Windows lewat Windows Phone dan BlackBerry dengan BlackBerryOS.
Baca juga
- Cara Nonton Langsung Peluncuran Huawei P30 Series
- Huawei P30 Lite Punya Nama Lain Nova 4e
- Huawei P30 Pro di-Bundling Smartwatch dan Speaker?
Kira-kira apakah nantinya sistem operasi terbaru Huawei ini akan sukses atau malah menghancurkan kejayaannya saat ini? Kita tunggu saja.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?