Tepat tiga hari yang lalu, hacker menyuarakan perasaan kesalnya dengan meretas website resmi Telkomsel. Hal ini dipicu karena sang hacker merasa bahwa harga paket internet Telkomsel sangatlah mahal. Banyak yang sependapat dengan opini tersebut, hanya saja tak senekat sang hacker. Lalu apa jawaban pihak Telkomsel mengenai harga paket internet Telkomsel yang mahal?
Seperti yang dikutip CNN, Vice President Corporate Communications Telkomsel Adita Irawati berterima kasih kepada masyarakat karena telah menyuarakan keluhannya kepada pihak Telkomsel. Walau dengan cara yang tak sopan, Telkomsel tetap menghargai pendapat ini.
Perihal paket internet yang mahal, Adita Irawati juga menegaskan bahwa paket internet yang ditetapkan mengacu pada biaya jaringan dan kebutuhan bandwith pengguna internet.
Ya, sebagai salah satu provider terbesar di Indonesia, Telkomsel membangun sekitar 25.000 BTS baru pada tahun 2016, di mana 92 persen di antaranya merupakan BTS 3G/4G. Tentu hal ini ditujukan untuk memberikan layanan internet yang lebih baik dan cepat bagi para pengguna.
Tak hanya itu saja, Telkomsel juga mengatakan bahwa sekitar 85 juta pelanggan adalah pengguna aktif internet di jaringan 3G dan 4G. Di tambah lagi, kini Telkomsel sudah aktif di 95 persen wilayah Indonesia. Dan sekitar 500 ibu kota sudah mendukung sinyal 4G sehingga kebutuhan bandwith dan akses internet menjadi lebih banyak. Dan untuk mengimbangi hal itu tentu ada biaya operasional seperti pembelian peralatan guna menjaga kestabilan internet.
“Semua ini tentunya kami tujukan untuk bisa membantu masyarakat memeroleh akses telekomunikasi yang dapat mendukung aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh Indonesia,” sebut Adita.
Mengenai harga paket internet yang berbeda di beberapa tempat, hal ini dikarenakan setiap tempat memiliki kondisi dan kebutuhan internet yang berbeda-beda pula. Untuk itu, Telkomsel membagi paket kedalam 12 zona yang mana setiap zona dibagi menjadi empat kategori yakni zona A, zona B, zona C, dan zona D. Sebuah lokasi yang masuk ke dalam Zona 12 biasanya lebih mahal, seperti daerah Kota Raja Ampat, Papua misalnya.
“Kami memberikan tarif berdasarkan brand positioning dan biaya. Ada juga Post of Sales kami yang banyak sehingga disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda, karena itulah dibuat zona seperti sekarang,” ujar Presiden Direktur Telkomsel Ririek Ardiansyah.
Selain itu, dugaan kami mengarah pada kondisi geografi Papua yang berbeda dengan deaerah Jawa, sehingga pembagunan menara BTS membutuhkan biaya yang lebih mahal. Terlepas dari itu semua, sebagai provider dalam negeri, seharusnya Telkomsel bisa sedikit memangkas harga paket internet-nya.
Jadi kita sebagai orang Indonesia dapat menikmati produk dalam negeri dengan nyaman, tenang, dan tak pindah ke provider milik luar negeri yang pada kenyataannya kurang menguntungkan bangsa Indonesia.
Selain itu, saat ini hampir semua aspek kehidupan membutuhkan internet. Entah untuk belajar, mencari informasi, bisnis hingga hiburan. Jika internet cepat dan terjangkau sudah dipastikan sektor pendidikan dan bisnis Indonesia akan semakin maju.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?