Istilah Warnet mulai dikenal setelah Michael Sunggiardi mendirikan kantor ISP serta kios komputer untuk pertama kalinya di Bogor. Warnet perdana ini berdiri pada tahun 1995 dan diberi nama “BONET”.
Seiring berjalannya waktu, usaha ini kian berkembang. Bahkan, pada tahun 2000, tercatat ada 240 Warnet di Bogor yang beroperasi. Dipandang sebagai usaha yang menjanjikan, keberadaan Warnet terus merebak ke kota-kota kecil bahkan ke pelosok Nusantara.
Tak dimungkiri, Warnet memiliki peranan penting terhadap kemajuan teknologi di Indonesia. Sebab, sebelum lahirnya perangkat canggih dan internet cepat seperti sekarang ini, Warnet adalah satu-satunya tempat untuk mencari berbagai informasi di dunia maya. .
Tak ayal, Warnet juga jadi sarana bagi mahasiswa dan pelajar untuk mengerjakan beragam tugas atau mencari hiburan, seperti bermain game, mendengarkan lagu, menonton video, dan berbagai aktivitas virtual di dunia maya lainnya.
Jika dipandang dari kacamata bisnis, Warnet merupakan bisnis yang mudah untuk dijajaki. Pasalnya, mereka (baca: pebisnis warnet) hanya perlu menyediakan tempat, sejumlah unit komputer, jaringan internet dan daya listrik yang cukup.
Setelah semua kebutuhan itu tersedia, mereka tinggal duduk manis seraya menanti pelanggan datang. Tarif atau billing di Warnet tentu berbeda-beda, umumya ada beberapa paket yang disediakan, seperti paket personal yang tarifnya dihitung sesuai waktu penggunaan komputer.
Setelah dua dekade menjadi pusatnya internet, kini popularitas Warnet kian hari kian meredup. Hal ini disebabkan karena lahirnya teknologi-teknologi yang lebih canggih dan praktis. Sebut saja smartphone. Melalui perangkat berukuran 4-6 inci ini kita dapat melakukan banyak pekerjaan.
Bahkan, pekerjaan yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh komputer, kini telah diambil alih oleh smartphone. Tak hanya itu saja, harga smartphone, komputer dan laptop saat ini sangatlah terjangkau, sehingga hampir semua orang memiliki perangkat-perangkat tersebut.
Faktor lain yang meredupkan popularitas Warnet adalah koneksi internet yang semakin cepat. Saat ini, kita dapat menikmati layanan 4G dari setiap provider, tak menutup kemungkinan dalam waktu dekat ini sinyal 5G akan muncul.
Selain itu, berkembang pula teknologi Wireless Network atau Wi-Fi sehingga kita dapat dengan mudah menghubungkan perangkat ke jaringan internet. Dan seperti yang kita tahu, kini hampir semua Cafe atau Food Court menyediakan Wi-Fi untuk para pelanggannya.
Bahkan, di kota-kota besar, hampir setiap rumah memasang jaringan internet pribadi. Akibatnya, banyak pengusaha Warnet gulung tikar. Seperti pepatah, “Besar pasak dari pada tiang”, artinya lebih banyak pengeluaran (internet, listrik dan reparasi PC) dibanding keuntungan (pelanggan).
Di sisi lain, masih banyak pengusaha yang mempertahankan bisnis ini dengan cara mengubah konsep Warnet menjadi GameNet alias tempat bermain game. Oleh sebab itu, jangan kaget bila mayoritas Warnet di Indonesia dipenuhi oleh para pecandu game.
Lantas akankah usaha Warnet berakhir? Michael Sunggiardi, orang yang sudah banyak makan asam-garam bisnis ini tak berani menyebutkan bahwa usaha Warnet akan mati. Namun, dia sepakat perihal popularitas Warnet yang kian meredup.
Menurutnya, di kawasan kota kecil dan pedesaan, usaha Warnet masih berjalan hingga 1 sampai 2 tahun ke depan. Akankah nasib Warnet sama dengan Wartel yang sempat jaya di masa lalu? Biarlah waktu yang menjawabnya.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?