Indonesia telah menjadi pemimpin dalam ekonomi seluler global, dengan lebih dari 200 juta pengguna Internet seluler pada tahun 2022. Menurut penelitian, sistem operasi dan platform distribusi aplikasi seperti Android dan Google Play yang mendorong fenomena ini.
Saat ini, masyarakat Indonesia menghabiskan lebih dari 5 jam per-hari dalam mengkonsumsi konten, berkomunikasi secara online, dan melakukan transaksi online. Tren ini diperkirakan akan terus berkembang seiring dengan jumlah kenaikan pengguna internet di Tanah Air.
Dalam Lanskap digital yang terus berkembang, Android dan Google Play menawarkan platform yang terintegrasi, hemat biaya, mempunyai sistem pengembangan aplikasi yang sederhana, pengelolaan dengan waktu yang singkat serta menyediakan struktur pembayaran yang fleksibel.
Menurut laporan terbaru yang diterbitkan oleh Access Partnership, “Accelerating the app economy in Indonesia: Android and Google Play’s impact in Indonesia”, kehadiran Android meningkatkan keragam dan inovasi industri, menurunkan harga smartphone, dan memperluas pilihan konsumen.
Sementara, peran Google Play dalam ekspansi ini sangat penting, karena telah membantu perkembangan Indonesia dalam menjangkau audiens global dan menawarkan rata-rata 23 aplikasi baru yang dapat diunduh setiap harinya. Selain itu, keamanan pengguna juga tetap terjaga.
“Keterjangkauan dan aksesibilitas yang lebih baik ini telah menyebabkan 97 juta lebih masyarakat Indonesia dapat mengakses internet melalui smartphone, menghasilkan kontribusi sebesar Rp 653 triliun (US$ 44 miliar) terhadap PDB Indonesia selama 5 tahun terakhir,” ujar Abhineet Kaul, Direktur Access Partnership.
Menurut laporan tersebut, pengguna Android menyukai aksesibilitas, kemampuan beradaptasi, dan pengalaman pengguna ekosistem Android secara keseluruhan. Walaupun tidak memakai smartphone dengan sistem Android, non-Android user tetap menggunakan aplikasi Google yang telah terpasang pada device mereka.
Hal ini didukung dengan data yang menunjukan bahwa 97% pengguna akan senang hati mengunduh aplikasi Google jika aplikasi tersebut tidak terpasang di perangkat smartphone mereka. Lebih dari satu juta pengguna telah mengunduh aplikasi populer seperti KitaLulus dan Bicarakan.id.
“Selain itu, ekosistem terbuka seluler yang diciptakan oleh Google Play dan Android telah menciptakan lapangan kerja di sektor aplikasi dan pekerja lepas di Indonesia, mendukung sekitar 162.000 pekerjaan, termasuk pekerjaan langsung, tidak langsung, dan pekerjaan tambahan”, lanjut Abhineet
Menjaga Keberlanjutan App Economy di Indonesia
Meskipun industri aplikasi yang sedang berkembang begitu pesat di Indonesia, menawarkan potensi inovasi dan kemakmuran yang luar biasa, namun tidak dipungkiri bahwa industri ini juga menghadapi hambatan besar yang memerlukan perhatian.
Laporan ini menyoroti beberapa tantangan utama termasuk aksesibilitas digital, terbatasnya adopsi digital di kalangan UMKM, dan kurangnya pekerja terampil di bidang teknologi. Selain itu, 80% penduduk Indonesia masih kekurangan akses internet yang dapat diandalkan.
Kesenjangan yang krusial ini memerlukan investasi besar dalam infrastruktur yang dapat menghubungkan wilayah-wilayah yang paling terpencil sekalipun. Digital Indonesian Roadmap 2021-2024 telah membahas beberapa arah strategis, mulai dari investasi pengembangan infrastruktur digital yang inklusif, aman, dan ekspansi.
Sementara, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, hanya 32% yang menggunakan alat digital sehingga telah tertinggal dari tren global. Memfasilitasi adopsi digital di kalangan UMKM melalui hibah yang ditargetkan dan program pelatihan yang komprehensif dapat mendorong pertumbuhan dan ketahanan ekonomi.
Belajar dari keberhasilan inisiatif di Korea dan Malaysia, memfasilitasi sektor ini melalui hibah, investasi, dan program pelatihan komprehensif memiliki potensi yang sangat besar. Kekurangan pekerja di bidang teknologi saat ini, sekitar 600.000 setiap tahunnya, mendorong perlunya Indonesia untuk meningkatkan keterampilan digital.
Peningkatan keterampilan ini terbilang sangat krusial bagi pengembang aplikasi agar tetap kompetitif. Laporan ini menunjukkan bahwa 23% pedagang yang disurvei menyadari pentingnya pelatihan keterampilan digital untuk kesuksesan jangka panjang mereka.
Kolaborasi antara pengembang aplikasi seperti GO-Academy, Bangkit, #JuaraAndroid, Google Play x Unity, dan Indie Games Accelerator juga dapat membantu meningkatkan keterampilan yang mendukung pertumbuhan ekonomi aplikasi di Indonesia.
Fitra Faishal menanggapi laporan baru tersebut menyatakan bahwa dengan menerapkan kebijakan-kebijakan ini secara strategis, Indonesia tentunya akan dapat mengatasi tantangan dan sepenuhnya mengeluarkan potensi yang dimiliki dari ekonomi aplikasinya.
“Sudah barang tentu upaya ini memastikan bahwa kemajuan yang dicapai di dunia digital dapat menjangkau seluruh pelosok negeri, dan pada akhirnya akan mendorong menuju masa depan digital yang tidak meninggalkan siapa pun,” ujar Fitra Faishal.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?