Samsung, Huawei, Xiaomi, Vivo, dan OPPO adalah sebagian pabrikan smartphone global yang sudah secara resmi memasarkan beberapa perangkat buatannya di Indonesia. Tak hanya sekadar resmi, mereka pun sudah berani untuk membuka pabrik di Indonesia guna memenuhi aturan TKDN.
Tentu saja, investasi yang mereka pertaruhkan sudah diperhitungkan secara matang. Ya! Pasalnya Indonesia mereka anggap sebagai salah satu pasar smartphone yang potensial karena jumlah penduduknya yang tidak sedikit.
Tercatat, penduduk Indonesia mencapai 262 juta, dimana lebih dari 50 persen sudah terkoneksi ke internet. Oleh karena itu, Indonesia jadi “lapak” yang strategis bagi para pabrikan smartphone tersebut untuk memasarkan perangkatnya.
Tercatat, Samsung hingga saat ini masih jadi raksasa di industri ini di pasar Indonesia. Bisa dikatakan, citra dan pesona smartphone yang dibuat oleh raksasa elektronik asal Korea Selatan tersebut memang telah terbangun sejak lama dan mereka terus konsisten hingga detik ini.
Sangat maklum jika saat ini tidak sedikit pabrikan smartphone global lainnya berlomba-lomba untuk merebut kursi yang diduduki Samsung. Lalu, bagaimana pabrikan smartphone lokal melihat hal ini? Apakah mereka juga bisa bersaing dengan sederetan pabrikan smartphone global yang telah disebutkan?
Masih tertinggal dalam bidang teknologi
Advan, Evercoss, dan Polytron adalah tiga nama pabrikan smartphone lokal yang sering kita dengar. Namun tak sedikit dari kita masih enggan untuk menggunakan smartphone buatan mereka sebagai “daily driver”.
Tentu saja mengapa kita enggan menggunakan smartphone mereka, kerena masalah teknologi dan fitur yang disematkan. Terkadang, kita akan menemukan teknologi lawas yang mereka sematkan ke dalam smartphone buatannya. Ya! Mereka masih tertinggal dalam bidang teknologi yang lebih maju.
Jika tak mau tertinggal dengan produsen smartphone global, butuh kerja keras dari mereka untuk membangun divisi R&D yang bisa menggulirkan ide-ide yang inovatif. Itulah yang dilakukan oleh Samsung, Huawei, Xiaomi, Vivo dan OPPO.
Harus mampu membaca pasar
Setelah membangun divisi R&D sehingga bisa melahirkan banyak ide-ide yang inovatif, tentunya pabrikan smartphone lokal juga harus mampu membaca pasar. Ya! Tentu saja hal ini tak kalah penting agar mereka juga bisa bersaing dengan pabrikan smartphone global yang hadir di Indonesia.
Keinginan konsumen harus bisa dipenuhi oleh pabrikan smartphone lokal. Dengan begitu, apapun perangkat yang mereka kembangkan nantinya bisa diserap secara optimal. Pada akhirnya, tak sedikit konsumen yang bisa jatuh hati dengan smartphone yang dibuat oleh Advan, Evercoss, dan juga Polytron.
Itu cerita masa lalu
Kami menilai, dua faktor utama itulah yang menjadi pemicu mengapa pabrikan smartphone lokal sulit berkembang. Namun itu hanya cerita di masa lalu. Kini, kebangkitan para pabrikan smartphone lokal sudah mulai terasa.
Hal ini dapat kita lihat dari sejumlah konsumen yang berada di tingkat Kabupaten dan Kota yang sudah mulai meningkat tajam dan tak malu-malu lagi untuk menggunakan smartphone buatan Advan, Evercoss dan juga Polytron.
Bahkan, Advan tercatat oleh IDC pada Kuartal Ketiga 2017 lalu berhasil menduduki urutan ketiga pasar smartphone di Indonesia. Tentu saja, ini sebuah pencapaian yang luar biasa yang bisa diraih oleh Advan sebagai brand lokal karya anak bangsa.
Meskipun kesuksesan yang diraih oleh Advan belum bisa dirasakan oleh pabrikan smartphone lokal lainnya, setidaknya ini menjadi titik awal kebangkitan smartphone dalam negeri. Artinya! Pabrikan smartphone lokal juga bisa bersaing dan tidak hanya menjadi penonton di negeri sendiri.
Kami tunggu komentar kalian!
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?