Sebagai bagian dari kampanye global #CreateKindness atau #CiptakanKebaikan yang diluncurkan sejak Juni lalu, sebanyak enam kreator dari Asia Tenggara bersatu untuk mendiskusikan dampak dari komentar pengguna dan mengapa penting untuk bersikap baik di dunia maya.
Diskusi ini hadir dalam bentuk video berjudul “From Meanies to Goodies” yang diharapkan dapat mendorong sikap empati dan simpati bagi warga digital. Video “From Meanies to Goodies” ini menampilkan enam kreator populer dari Asia Tenggara.
Keenam kreator tersebut adalah Ashilla Sikado (@ashilla.sikado) dari Indonesia, Ayn Bernos (@aynbernos) dari Filipina, Ceddy Lopez (@ceddyornot) dari Malaysia, Jeynelle Ng (@buffbaby88) dari Singapura, Khánh Vy (@khanhvyccf) dari Vietnam, dan Kru P Ann (@krupann.english) dari Thailand.
Video ini menampilkan reaksi masing-masing kreator terhadap komentar di video mereka dan pemberian peringkat dari “jahat” ke “baik” pada komentar tersebut. Mereka juga berbagi dampak dari komentar tersebut, baik itu komentar baik ataupun buruk.
Hal ini juga untuk menunjukkan bagaimana sebuah komentar yang mungkin terlihat tidak penting atau biasa saja, tetap bisa memberikan dampak besar pada orang yang menerima komentar, bahkan terhadap keluarga dan orang terdekat kreator tersebut.
“Saat menerima komentar buruk, termasuk mengenai body shaming, itu memberikan dampak besar pada kepercayaan diriku. Tapi aku memilih untuk menghapus komentar tersebut lalu menekankan bahwa semua orang punya kecantikan yang unik,” kata Ashilla Sikado, kreator TikTok.
Pemutaran video “From Meanies to Goodies” ini menjadi bagian dari webinar “Bincang Literasi Digital: Ciptakan Kebaikan di Platform Digital” yang diselenggarakan TikTok Indonesia bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi.
Sejumlah narasumber turut hadir dalam webinar ini seperti Dennis Adishwara, figur publik; Saskhya Aulia, psikolog dan co-founder rumah konsultasi TigaGenerasi; Benjamin Adhisurya dan Ashilla Sikado, kreator TikTok; serta Faris Mufid, Public Policy and Government Relations, TikTok Indonesia.
“Fenomena cyberbullying atau sikap negatif di platform digital bisa jadi dipicu oleh ketidakpuasan seseorang terhadap dirinya, sehingga konten tertentu bisa mudah menyinggung perasaannya,” kata Saskhya Aulia, Psikolog dan Co-Founder TigaGenerasi.
Ditambahkan oleh Saskhya bahwa komentar dan konten negatif juga bisa memicu sikap negatif lainnya. Jadi memang sebaiknya kita perlu meredam komentar negatif tersebut dengan hal-hal baik, sehingga lingkungan online kita pun bisa menjadi lebih nyaman.
Hal senada juga ditegaskan oleh Faris Mufid, Public Policy and Government Relations, TikTok Indonesia. Ia mengatakan bahwa TikTok secara konsisten berusaha membuat platform digital yang dikembangkannya ini menjadi rumah yang aman dan suportif di mana kreativitas bisa tumbuh.
“Melalui webinar dan video ini, kami ingin terus membangun diskusi tentang pentingnya menciptakan kebaikan di platform digital, melalui konten dan komentar yang diunggah. Kami sangat mengapresiasi kreator-kreator kami yang bersedia menceritakan pengalaman mereka di platform secara lugas,” ucap Faris.
Untuk menonton cerita lengkap tentang para kreator dalam menghadapi komentar yang mereka terima di TikTok, silahkan menyaksikan video “From Meanies to Goodies” pada link ini. Sementara, untuk melihat ulang sesi webinar “Bincang Literasi Digital: Ciptakan Kebaikan di Platform Digital” silahkan mengakses link ini.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?