International Data Corporation (IDC) lewat laporan terbarunya mengenai Quarterly Mobile Phone Tracker mengungkapkan bahwa penjualan smartphone di Indonesia pada kuartal kedua 2017 mencapai 7,9 juta unit atau tumbuh 1 persen (Year-on-Year).
Dibandingkan pada kuartal sebelumnya, angka penjualan tersebut juga tumbuh 9 persen. Disebutkan, perayaan Ramadhan jadi pemicu pertumbuhan dibanding kuartal pertama 2017. Hal ini lantaran banyaknya potongan harga dan penawaran promosi yang menarik.
Laporan lainnya juga menyebutkan, smartphone kelas menengah terutama yang ada dikisaran harga US$200 – USS$400 menyumbang 28 persen dari pangsa pasar. Hal ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dari 13 persen pada tahun lalu.
Hal ini juga mencerminkan perubahan permintaan konsumen untuk mengupgrade perangkat yang ada di tangan konsumen ke perangkat dengan spesifikasi yang lebih baik, terutama untuk hiburan, produktivitas dan pengalaman bermain game yang lebih baik.
Maraknya konsumen mau membeli smartphone kelas menengah juga didorong banyak munculnya perusahaan pembiyaan mikro, seperti Homecredit, Aeon Credit, Kredivo, dan Akulaku. Perusahaan-perusahaan tersebut memungkinkan konsumen yang tak memiliki kartu kredit tetap bisa membeli smartphone dengan cara cicilan selama periode tertentu.
Pertumbuhan pengiriman smartphone kelas menengah juga didorong maraknya produsen global, seperti dari Cina yang berlomba-lomba masuk ke pasar Indonesia. Mereka dipandang sebagai tawaran menarik oleh perusahaan pembiyaan mikro dengan kemampuan untuk menghadirkan produk yang juga berkualitas.
Lalu, bagaimana dengan para produsen smartphone lokal? Dalam laporan tersebut, IDC menyebutkan bahwa pemain lokal mulai terlihat merampingkan protofolio produk yang dibuat dengan fokus pada model utama.
Meskipun sebagian besar produsen smartphone lokal sekarang ini memiliki portofolio yang lebih ramping, namun pendistribusian smartphone 4G mereka mencakup lebih dari setengah dari total keseluruhan pengiriman smartphone yang mereka lakukan.
Di sisi lain, para pemain smartphone kelas atas juga telah membawa persaingan ke level yang berbeda. IDC mencatat, bahwa mereka berani untuk menawarkan spesifikasi serta fitur yang menarik, namun dijual dengan harga terjangkau.
Tak hanya itu, untuk menarik lebih banyak konsumen, para produsen smartphone kelas atas tersebut juga berlomba-lomba untuk memperluas layanan purna jual yang dimilikinya. Ini juga yang membuat kelangsungan hidup produsen kecil di pasar smartphone semakin terhimpit.
Sementara itu, Samsung pada kuartal kedua 2017 tetap masih menjadi jawara di pasar smartphone Indonesia. Produsen smartphone asal Korea Selatan tersebut dibuntuti oleh OPPO yang berada di peringkat kedua.
Menariknya, ditengah gempuran produsen smartphone global, Advan adalah satu-satunya produsen lokal yang mampu bertahan. Terbukti, IDC mencatat bahwa Advan berada di peringkat ketiga dengan menyisihkan ASUS dan Xiaomi yang berada di peringkat keempat dan kelima.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?