India mempersulit investor Cina untuk menginvestasikan uang di beberapa perusahaannya setelah meningkatnya ketegangan di perbatasan India dan Cina. Dengan tidak memberikan akses alias menutup pintu bagi perusahaan pemodal ventura asal Cina, kini mereka berbondon-bondong mengalihkan fokus ke pasar Indonesia.
Laporan tersebut juga menambahkan bahwa pendanaan dari Shunwei Capital yang merupakan pendiri Xiaomi dan BAce Capital yang didukung oleh Ant Group kini berputar dari India ke Indonesia. Shunwei Capital, yang diperkirakan memiliki dana senilai US$ 3 miliar, berencana untuk melakukan lebih banyak kesepakatan di Indonesia.
Untuk selanjutnya, laporan tersebut juga menegaskan bahwa para investor tersebut tidak lagi melakukan investasi baru di India untuk saat ini. Alih-alih membuat investasi baru di India, dana tersebut dikatakan akan lebih dimanfaatkan pada pengelolaan portofolio perusahaan yang ada.
Seperti yang sudah kita lihat bersama bahwa para investor Cina telah mendukung ledakan teknologi India. Tidak main-main, mereka telah berinvestasi besar-besaran di beberapa perusahaan rintisan terkemuka, termasuk platform teknologi keuangan Paytm, penyedia layanan pengiriman makanan Zomato, dan raksasa ed-tech Byju’s.
Namun, awal tahun ini, pemerintah India mengungkapkan aturan baru. Keputusan tersebut ditujukan kepada investor Cina karena India memiliki kekhawatiran pengambilalihan oportunistik. Hal ini menyebabkan sejumlah investor asal Cina menghentikan pendanaan.
Pemerintah India juga telah melarang aplikasi Cina di negara itu selama beberapa bulan belakangan. Alasannya masalah keamanan nasional, tetapi tanpa menawarkan bukti apa pun dari klaim tersebut. Sejauh ini, India telah melarang lebih dari 170 aplikasi yang dikembangkan oleh perusahaan Cina, termasuk Aliexpres dan PUBG Mobile.
Sejumlah pengamat mengatakan bahwa dengan permasalahan yang dihadapi oleh investor Cina terhadap regulasi di India, startup lain di Asia Tenggara akan mendapatkan keuntungan. Indonesia menempati peringkat keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk dan negara ini sudah memiliki beberapa perusahaan bernilai miliaran dolar.
Di saat startup baru dan mencoba mengumpulkan jutaan dolar untuk tumbuh, beberapa perusahaan dan investor terkemuka kini mengalihkan fokus ke Indonesia, termasuk Google dan Facebook. Sebagai gambaran, sebuah laporan mengungkapkan bahwa investasi di Asia Tenggara pada semester 1 2020 tumbuh 55 persen dibandingkan tahun lalu.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?