Saat ini smartphone bisa dikatakan sebagai perangkat primer yang harus kita miliki. Selain itu smartphone juga sudah mulai bertransformasi, tak hanya sekadar alat berkomunikasi, tetapi juga sebagai perangkat untuk menyimpan informasi penting yang kita miliki.
Nah! Terkait dengan penyimpanan data-data penting ke dalam smartphone, tentu saja kita pun harus memproteksi perangkat tersebut dengan lebih optimal. Berbicara soal keamanan data, sistem proteksi pada smartphone pun kini sudah mengalami peningkatan.
Mungkin beberapa waktu lalu hanya ada sistem keamanan melalui PIN atau Pattern. Kini, sistem keamanan di smartphone sudah dibuat lebih canggih, yakni dengan memanfaatkan sensor biometrik. Tak hanya lewat sidik jari, tetapi juga sudah ada yang menyematkan kemampuan pemindaian wajah.
Teknologi keamanan dengan memindai wajah atau face recognition pun sudah mulai diadopsi oleh banyak pabrikan samrtphone. Namun tak sedikit pabrikan yang menyebutnya face unlock yang menggunakan pola wajah pengguna sebagai identitasnya.
Di sisi lain, sensor biometrik yang membaca sidik jari pengguna alias fingerprint pun sudah mengalami peningkatan. Kini sensor tidak hanya ditempatkan di sisi belakang atau samping perangkat, tetapi juga sudah dimuat ke dalam layar alias in-display fingerprint.
Tentu saja, kedua sistem keamanan berbasis sensor ini pun semakin marak digunakan oleh pabrikan smartphone. Nah! Untuk mengenal lebih dekat kedua teknologi keamanan biometrik tersebut, baca terus uraiannya di bawah ini.
Face Unlock
Bermula dari sebuah cerita fiksi ilmiah, teknologi keamanan face recognition menjadi sebuah kenyataan. Woodrow Wilson Bledsoe disebut-sebut menjadi orang pertama yang mengembangkan teknologi keamanan ini.
Pada tahun 60-an, Bledsoe berhasil mewujudkan sistem keamanan yang dapat mengklasifikasikan bentuk wajah lewat media bernama tablet RAND. Di mulai dari pergerakan itu, teknologi face unlock terus dikembangkan dan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Beberapa badan hukum dan keamanan pun ikut menggunakan sistem keamanan yang memanfaatkan pemindaian wajah ini untuk mempermudah investigasi. Bahkan, sistem keamanan ini juga sempat dipasang di sebuah bandara.
Sampai pada satu titik, prototipe face recognition dapat diterapkan pada sebuah smartphone. Android disebut-sebut telah memasang fitur ini pada sistem operasinya dan menamainya dengan sistem keamanan smart lock. Namun, smart lock sama sekali belum akurat.
Barulah kedatangan iPhone X ke dunia ini menjadi titik mula tenarnya fitur face recognition pada sebuah smartphone. Apple menamai fitur itu dengan sebutan “Face ID”. Saat pertama kali diperkenalkan, Face ID mendapatkan sambutan yang baik. Namun, tak sedikit orang yang juga mencibirnya.
Bagi sebagian orang yang mencibirnya mengatakan bahwa fitur keamanan ini dapat ditembus. Meskipun persentase kegagalannya kecil, Apple terus mengembangkan dan melakukan maintance terhadap sensor biometrik buatannya itu. Terbukti, Face ID kini semakin kuat dan akurat.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan lain ikut serta mengembangkan teknologi ini. Untuk saat ini teknologi face unlock pada smartphone dibagi menjadi dua, yakni 2D dan 3D. Jelas, face unlock 3D jauh lebih akurat sebab proses pemindaian pola wajah dilakukan dari segala sisi.
Selain itu, face unlock 3D membutuhkan komponen tambahan untuk dapat memindai pola wajah kita, sementara sensor face unlock 2D bekerja lewat bantuan software. Tentunya sensor biometrik ini akan jadi fitur yang wajib dan bakal terus ada pada smartphone yang muncul di tahun depan.
Sebelumnya ada yang mengeluhkan bahwa fitur keamanan biometrik ini tidak bisa berjalan sempurna ketika memindai wajah dalam ruangan minim cahaya. Namun, masalah tersebut telah terpecahkan berkat teknologi infrared yang disematkan.
In-display Fingerprint
Beberapa sumber mengklaim bahwa Apple adalah produsen pertama yang menciptakan teknologi fingerprint pada smartphone. Namun sejarah berbicara lain. Faktanya ada ponsel lawas bernama Pantech GI100 yang pertama kali mengusung teknologi pemindaian sidik jari.
Namun karena pengguna Pantech GI100 terbatas dan pemindaian sidik jarinya juga belum akurat, nama ponsel tersebut hilang begitu saja. Nah! Barulah pada tahun 2013, Apple memperkenalkan Touch ID sebagai sistem keamanan berbasis fingerprint.
Dikembangkan di zaman yang lebih canggih, Apple pun berhasil mempopulerkan sensor keamanan ini. Setelah itu, produsen-produsen smartphone lain mengikuti jejaknya. Sampai pada akhirnya, hampir sebagian besar smartphone menyuguhkan sistem keamanan fingerprint.
Baca juga
- POLLING: Jumlah Kamera di Smartphone, Penting atau Gimmick?
- POLLING: Google Pixel 3 vs Pixel 3 XL
- 5 Smartphone "Mantan Flagship" dengan Ukuran Compact
Umumnya, sensor fingerprint yang disematkan ke dalam sebuah smartphone diintegrasikan dengan tombol Home ataupun diletakkan pada bagian belakang. Seiring dengan berubahnya desain layar smartphone, sensor fingerprint pada tombol Home mustahil digunakan.
Untuk itulah tak sedikit pabrikan smartphone yang berbondong-bondong memindahkan sensor fingerprint ke bagian belakang perangkat yang mereka kembangkan. Namun, hal berbeda justru diperlihatkan oleh Vivo.
Merasa tertantang, Vivo berinisiatif menciptakan teknologi fingerprint di dalam layar. Kerja keras Vivo berbuah manis. Bersama dengan Synaptics, Vivo berhasil merilis smartphone pertama dengan teknologi sensor sidik jari di dalam layar alias in-display fingerprint.
.Karena respon dan keakuratannya masih belum terlalu baik, pemindai sidik jari di dalam layar racikan Vivo sempat diremehkan. Namun, Vivo kembali membuktikan kemampuannya dengan terus meningkatkan kinerja sensor biometrik tersebut.
Kini, sensor sidik jari di dalam layar buatan Vivo bekerja dengan cepat dan akurat. Ide Vivo tersebut akhirnya dikloning oleh sejumlah pabrikan lain, seperti Xiaomi dan Huawei. Kabarnya, sensor biometrik ini akan semakin populer di tahun 2019 mendatang.
Penggunaan sensor in-display fingerprint terasa sangat mudah dan cepat. Tinggal menempelkan sidik jari pada layar, kunci akan terbuka. Sensor ini pun dapat bekerja ketika layar smartphone dalam kondisi mati. Namun yang patut diperhatikan, sensor belum bisa bekerja optimal ketika sidik jari yang dibaca dalam keadaan kotor.
Bacaan menarik
- Beli yang Mana, vivo S1 Pro atau realme 5s?
- 6 Hal yang Patut Kalian Tahu Sebelum Beli ASUS ZenFone 6
- Punya SoC Sama, Pilih Redmi Note 8, realme 5 atau OPPO A9 2020?
- 1 Tahun di Indonesia, realme Gelontorkan 10 Seri Smartphone
- 10 Ponsel yang Punya Kamera Belakang Terbaik Versi DxOMark
- Rp3 Jutaan, Pilih Samsung Galaxy A30s, realme 5 Pro atau OPPO A9 2020?